Minggu, 05 Juni 2011

halaman 10

supervise s
supervise switches to the directory named s and starts ./run. It restarts ./run if ./run exits. It pauses for a second after starting ./run, so that it does not loop too quickly if ./run exits immediately.
If the file s/down exists, supervise does not start ./run immediately. You can use svc to start ./run and to give other commands to supervise.
supervise maintains status information in a binary format inside the directory s/supervise, which must be writable to supervise. The status information can be read by svstat.
supervise may exit immediately after startup if it cannot find the files it needs in s or if another copy of supervise is already running in s. Once supervise is successfully running, it will not exit unless it is killed or specifically asked to exit. You can use svok to check whether supervise is successfully running. You can use svscan to reliably start a collection of supervise processes.

halaman 9

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Kepala BKN Nomor 19 tahun 2006 dan Nomor 2 tahun 2007 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara, Kantor Regional VII BKN pada tanggal 7-8 Maret 2007 dengan bertempat di Aula Kantor Regional VII BKN telah menyelenggarakan Sosialisasi Struktur Organisasi Dan Tata Kerja BKN yang diikuti oleh para Pejabat Eselon III dan IV dan seluruh pegawai dilingkungan Kantor Regional VII BKN serta tiga Pejabat Eselon IV Kantor Regional Banjarmasin. Sosialisasi dibuka secara resmi dan dimoderatori oleh Kepala Kantor Regional VII BKN Dr.Djoko Sutrisno,M,Si dan materi sosialisasi disampaikan oleh Tim sosialisasi BKN Pusat yang dikoordinir oleh H.Awan Suyutno,S.Sos, Kepada Bidang Tata Usaha Pimpinan dan Protokol, dengan anggota Menari Sitohang,SE,MM, Kepala Bagian Pengembangan Pegawai dan Tauchid Djatmiko,SH,MSi, Kepala Sub Direktorat Gaji. Dalam sosialisasi tersebut materi Standar Operation Prosedur disampaikan oleh Menari Sitohang,SE,MM, Rencana Induk Pelatihan dan Pengembangan Pegawai BKN disampaikan oleh Tauchid Djatmiko,SH,Msi, dan Struktur Organisasi Dan Tata Kerja BKN yang baru disampaikan oleh H.Awan Suyutno,S.Sos. Acara sosialisasi dilanjutkan dengan diskusi dan brainstorming penyusunan daftar kebutuhan diklat pegawai BKN.

halaman 8

LOKAKARYA MINI PUSKESMAS

Latar Belakang
Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, upaya kesehatan diselenggarakan melalui upaya kesehatan Puskesmas, peran serta masyarakat, dan rujukan upaya kesehatan. Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pusat penembangna peran serata masyarakat, pusat pembinaan kesehatan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam rangka membina petugas Puskesmas untuk bekerjasama dalam tim sehingga dapat melaksanakan fungsi Puskesmas dengan baik, telah dikembangkan Lokakarya Mini Puskesmas.Lokakarya Mini Puskesmas merupakan suatu pertemuan antar petugas Puskesmas dan petugas Puskesmas dengan sektor terkait (lintas sektoral) untuk meningkatkan kerjasama tim, memantau cakupan pelayanan Puskesmas serta membina peran serta masyarakat secara terpadu agar dapat meningkatkan fungsi Puskesmas. Ditinjau dari fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan (P1), Penggerakan Pelaksanaan (P2) dan Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3) maka Lokakarya Mini Puskesmas merupakan penerapan Penggerakan Pelaksana (P2).
Tempat Kegiatan
Lokakarya Mini Puskesmas diadakan di Aula Puskesmas
Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggerakan pelaksanaan Puskesmas, bekerjasama dalam tim dan membia kerja sama lintas program serta lintas sektoral.
2. Tujuan Khusus
a. Tergalangnya kerjasama dalam tim antar tenaga Puskesmas dan terlaksa
b. Terselenggaranya lokakarya bulanan antar tenaga Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil kerja tenaga Puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta teersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
c. Tergalangnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka pembinaan dan pengembangan peran serta masyarakat secara terpadu.
d. Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam ranngka mengkaji kegiatan kerjasama lintas sektoral dan tersusunnya rencana kerja tribulan berikutnya.
Manfaat
Manfaat : Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakuakan pada bulan lalu dan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan.
Hasil
3. Penggalangan / peningkatan kerjasama dalam Tim.
Lokakarya yang pada dasarnya dilaksanakan setahun sekali dilingkungan Puskesmas sendiri, dalam rangka meningkatkan kerjasama antar petugas Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas.
4. Lokakarya Bulanan Puskesmas.
Sebagai tidak lanjut lokakarya pengggalangan / peningkatan kerjasama dalam Tim, setiap awal bulan berikutnya diadakan pertemuan antar tenaga Puskesmas untuk membandingkan rencana kerja bulan yang lalu dengan hasil kegiatan serta cakupan daerah binaan. Bilaman dijumpai masalah, dibahas dan dipecahkan bersama, serta kemudian menyusun rencana kerja bulan berikutnya bagi setiap tenaga.
5. Penggalangan / peningkatan kerja sama lintas sektoral.
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang bersangkutan diperlukan penggalangan kerjasama lintas sektor, yang dilaksanakan dalam satu pertemuan setahun sekali. Untuk itu perlu dijelasklan manfaat bersama dari upaya pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan bagi sektor-sektor yang bersangkutan. Sebagai hasil pertemuan adalah kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan mengembanngkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Khususnya dalam rangka peningkatan kesejahteraan ibu dan kelangsungan hidup anak.
Harapan

halaman 7

 
PEMBAHASAN
3.1
Deskriptif Polindes
Polindes Kecamatan Belitang hilir, Desa KarangAyak  ini lahir
an berawal dari Balai Pengobatan yangdidirikan  oleh  Departemen  Transmigrasi  pada  tahun1985. Berdirinya Balai Pengobatan SP1 Merbang gunamelayani warga transmigran, baik yang beasal dari Jawamaupun  masyarakat  di  kampung  sekitarnya.  Lokasitransmigrasi  SP1  Merbang  merupakan  lokasitransmigrasi pertama di Belitang Hilir. Satu orang tenaga perawat ditempatkan disini. Balaipengobatan yang dirubah menjadi balai desa oleh warga sekitarnya juga dijadikan sebagai Polindessementara selama kegiatan KIA dan Program KB. Hal ini disebabkan kondisi Polindes yang belumdapat berdiri sendiri.  Kondisi Polindes saat ini pun sudah mulai kurang baik. Diperlukan perbaikanuntuk WC, lantai, tangga, langit-langit, dan atap. Selain itu, polindes yang aksesnya sulit dijangkauini juga tidak memiliki peralatan yang menunjang kelancaran pekerjaan petugasnya. Tidak adaperabotan dan peralatan medis yang tersedia. Contohnya saat diadakan Pemeriksaan Kesehatan Ibudan Anak pada tanggal 11 September 2007 lalu, terpaksa meminjam meja dan kursi milik tetangga.Bahkan seorang bidan mesti menggunakan kotak suara (salon) untuk alas menulis. Jika adaperabotan dan peralatan kerja yang memadai, tentunya petugas akan dapat bekerja dengan baik, tidak terbebani dengan ketiadaan.

halaman 6

POLINDES


Pondok bersalin desa (polindes) adalah salah satu bentuk peran serta masyarakat dalammenyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya,termasuk kb di desa (depkes ri, 1999) polindes dirintis dan dikelola oleh pamong desasetempat. Berbeda dengan posyandu yang pelaksanaannya dilakukan oleh kader didukungoleh petugas puskesmas, maka petugas polindes pelayanannya tergantung pada keberadaanbidan, oleh karena pelayanan di polindes merupakan pelayan profesi kebidanan.Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes adalah dukun bayi,oleh karena itu polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana untuk meningkatkan kemitraanbidan dan dukun bayi dalam pertolongam persalinan. Kader posyandu dapat pula berperan dipolindes seperti perannya dalam melaksanakan kegiatan posyandu yaitu dalam. Penggerakanmasyarakat  dan  penyuluhan.  Selain  itu  bila  memungkinkan,  kegiatan  posyandu  dapatdilaksanakan pada tempat yang sama dengan polindes. Idealnya suatu polindes mempunyaibangunan tersendiri namun bisa juga menumpang disalah satu rumah warga atau bersatudengan kediaman bidan di desa, dan masih dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat(bisma, 2006).Pertolongan persalinan yang ditangani di polindes adalah persalinan normal serta kasusdengan faktor resiko sedang (faktor yang secara tidak langsung dapat membahayakan ibuhamil dan bersalin sehingga memerlukan pengawasan serta perawatn profesional). Pondok bersalin desa (polindes) adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat(ukbm) yang merupakan wujud nyata bentuk peran serta masyarakat didalam menyediakantempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya, termasuk kb didesa.

halaman 5

http://youtu.be/7ipeCqnjyvs

halaman 4


Pengertian posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama (Depkes RI, 1990).
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depdagri, 1999).

halaman 3

LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGEMBANGKAN KEGIATAN PEMASARAN SOSIAL
Pemasaran sosial adalah suatu bentuk disiplin untuk mengembangkan kegiatan komunikasi kesehatan. Tujuannya adalah mendapat kata yang tepat dipakai untuk meyakinkan para ibu agar berbuat seperti yang dianjurkan, tokoh yang akan dipakai untuk menyampaikan pesan, saluran komunikasi (langsung dan tidak langsung), dan bagaimana memanfaatkan saluran komunikasi tersebut sebaik-baiknya.
Ada 14 langkah dalam mengembangkan kegiatan pemasaran sosial itu, yaitu:
1. Riset Formatif
Sebelum kita menganjurkan orang untuk mengubah perilakunya, kita harus tahu dulu bagaimana sekarang dan bagaimana sikapnya terhadap perilaku yang kita anjurkan. Kita tidak dapat hanya menduga atau memperkirakan kedua hal tersebut. Kita harus menggalinya dari mereka sendiri. Kita namakan penggalian demikian riset formatif, karena dilakukan untuk menentukan format strategi kegiatan. Kita akan memilih sampel secara acak dalam jumlah, yang memadai serta melakukan wawancara dengan mereka, secara kelompok atau perorangan, dan biasanya kedua cara ini dipakai. Kita juga ingin menemukan tokoh yang paling dihormati oleh kelompok sasaran, sehingga kita dapat memanfaatkan tokoh tersebut untuk menyampaikan pesan-pesan kita. Kita akan menggali sikap mereka terhadap pelayanan yang ada, puskesmas, posyandu, kader, dan terhadap organisasi kemasyarakatan, seperti PKK, dan lain sebagainya.
Kita akan mewawancarai petugas dan berbagai instansi. Kita akan bertanya kepada ibu tentang kehidupan sehari‑hari, bagaimana interaksi mereka dalam masyarakat dan kelompok masyarakat dan kelompok kemasyarakatan, ke mana mereka pergi, kalau ke luar rumah. Radio dan media massa yang mereka manfaatkan, berapa kali, kapan, dan hiburan apa serta peristiwa keagamaan atau budaya apa yang mereka hadiri. Berdasarkan kesemua itu kita kembangkan strategi kegiatan kita.
2. Penyusunan Strategi
Strategi akan mencakup:
a. Berbagai kelompok sasaran yang diperoleh dari penelitian formatif dapat dibagi dalam 3 kelompok besar:
1. Sasaran primer, yaitu sasaran pokok yang benar-benar kita harapkan berubah kebiasaannya.
2. Sasaran sekunder, yaitu sasaran antara yang akan terlibat dalam penyampaian produk atau pelayanan atau yang terlibat dalam penyampaian pesan-pesan secara langsung.
3. Sasaran tersier, yaitu sasaran penunjang yang terlibat secara tidak langsung, namun dukungannya sangat diper­lukan.
b. Berbagai perilaku yang diharapkan dari tiap kelompok sasaran.
c. Sikap negatif terhadap perilaku yang diharapkan secara rinci.
d. Pemecahan yang disarankan untuk mengatasi hambatan tersebut.
e. Kata-kata yang disarankan untuk dipakai guna meyakinkan kelompok sasaran untuk melakukan apa yang diharapkan.
f. Berbagai saluran komunikasi yang ada untuk analisis selanjutnya.
3. Menguji Coba Strategi
Setelah strategi disusun, kita kembali mengunjungi kelompok sasaran primer untuk menguji coba strategi tersebut pada mereka. Bila perilaku yang disarankan perlu dilaksanakan tiap hari, seperti pemberian makan anak, kita mints pars ibu melaksanakan dalam satu minggu. Bila perilaku yang dianjurkan hanya dilaksanakan sekali, seperti imunisasi atau menimbang­kan anak di Posyandu, kita akan minta para ibu itu melaksana­kan sekali atau dua kali.
Kita akan menggunakan kata-kata dan tokoh yang tertuang dalam strategi untuk meyakinkan ibu-ibu agar man melak­sanakannya. Semua pertanyaan yang dipunyai ibu-ibu, seperti yang tergambar pads hasil riset formatif berupa sikap negatif dan hambatan yang mungkin menghalanginya untuk berbuat, hendaknya bisa terjawab.
Kendati demikian, pelaksanaan penelitian mungkin masih menjumpai bahwa kata-kata tersebut belum cukup menyakinkan ibu-ibu untuk berbuat. Dalam hal ini, petugas lapangan akan bekerja sama dengan para ibu untuk menemukan cara melakukannya sampai ibu-ibu tersebut sepenuhnya puss dan setuju untuk melaksanakannya. Petugas lapangan secara cermat menulis cara-cara yang ditemukan untuk meyakinkan ibu-ibu itu. Biasanya, setelah satu minggu petugas lapangan akan kembali mengunjungi ibu yang sama dan membicarakan hasilnya dengan mereka. Apakah mereka melaksanakannya? Apakah mereka akan melaksanakannya terus? Pembicaraan akan dilakukan hati-hati dengan para ibu yang gagal, atau hanya setengah berhasil, untuk menemukan apa masalahnya, rasa keberatan apa yang masih ada dan bagaimana masalah dan rasa keberatan itu dapat diatasi. Percakapan ini akan dicatat dengan cermat.
Berdasarkan masukan itu, strategi yang kita buat serta menggambarkan apa yang kita harapkan dilakukan ibu-ibu itu dan bagaimana melaksanakannya, sekarang sudah dapat disempurnakan.
4. Menulis Arahan Kreatif dan Media
Kini kita menulis strategi kreatif dan media. Kita menulis­kan ini walaupun kita akan melaksanakan kegiatan kreatif atau melaksanakan kegiatan media kita sendiri. Arahan tertulis ini penting walau pelaksanaannya dilakukan instansi lain atau biro, iklan. Arahan ini menyimpulkan tujuan dan maksud kegiatan, gambaran rinci data ekonomi, sosial, dan geografis daerah kegiatan serta daftar kelompok sasaran primer, sekunder, dan tersier dan gambaran keadaan mereka.
Kecuali itu juga berisikan analisis semua saluran komu­nikasi yang mungkin dipakai untuk mencapai sasaran primer sehingga diteliti lebih lanjut serta frekuensi dan biayanya. Mungkin akan mencakup media massa, kader, kelompok masyarakat atau saluran lain seperti promosi di pasar lokal atao peristiwa budaya dan saluran lain yang muncul dalam penelitian pads ibu-ibu serta mungkin dapat dipakai. Jugs catatan bagaimana komunikasi dan motivasi sasaran sekunder dan tersier akan dilaksanakan.
Bahan komunikasi yang perlu dikembangkan mungkin meliputi TV atau slide, bahan-bahan penyuluhan bagi kader dalam bentuk kartu konsultasi, lembar balik atau poster dan pita kaset, spanduk (yang berguna untuk upaya promosi jangka, pendek) atau poster-poster (sebagai pengingat pesan-pesan yang disampaikan media massa atau kader), dan lain sebagainya. Sebagai tambahan, booklet barangkali cocok dipakai untuk mendapatkan dukungan yang diharapkan dari kelompok sasaran sekunder dan tersier. Pedoman pelatihan dan modul juga diperlukan untuk melatih kader. Pada arahan dijelaskan pula anggaran yang mungkin didapat.
Bagian kedua dari arahan itu berupa uraian tentang kelompok sasaran, dan kegiatan yang ditulukan pada tiap kelompok sasaran, pesan-pesan yang harus diterima tiap, kelompok sasaran, semua keengganan yang diketahui dan menghambat penerimaan dan bagaimana rasa keberatan itu di atasi dan tokoh yang dapat diterima kelompok sasaran.
5. Menentukan Konsultan Kreatif dan Konsultan Media
Sangat disarankan untuk menggunakan ahli kreatif dan ahli media, apakah itu orang yang berpengalaman di bidangnya, lembaga konsultan atau biro iklan untuk membuat bahan-bahan media. Bila media massa digunakan, perencanaan media yang matang disertai pengalokasian waktu dan pemantauan sangat diperlukan. Biasanya mereka dibayar berdasarkan tarif komersial untuk produksi dan penyiarannya. Kelompok kreatif dan media harus benar-benar mendapat arahan, baik itu ahli dari luar atau tenaga yang ada di dalam sendiri.
6. Menyusun Peran dan Bahan serta Rencana Media
Para perencana kreatif dan perencana media kini dapat menyajikan rancangan lengkap termasuk tatap muka dan bentuk semua bahan cetak, naskah untuk spot radio dan bagaimana cerita untuk TV atau film. Alasan tertulis untuk semua pesan dan ilustrasi juga dikemukakan untuk membuktikan dan memastikan bahwa strategi telah dimanfaatkan sepenuhnya sebagai dasar penyusunan bahan-bahan tersebut.
Perencanaan media yang rinci dan biaya yang diperlukan juga termasuk. Rencana tersebut harus menunjukkan jangkauan yang memadai terhadap semua kelompok sasaran dengan frekuensi yang memadai dan biaya yang paling sesuai. Beberapa kemungkinan paduan media bisa diajukan dalam pembicaraan. Biro iklan khususnya merupakan sumber informasi yang baik untuk perencanaan media. Berdasarkan hasil penelitian, misal­nya mereka tahu semua stasiun radio dan program yang ada dan pada waktu kapan ibu-ibu desa paling banyak mendengarkan dan berapa banyak.
Kesemua itu merupakan informasi yang berharga untuk memanfaatkan radio secara efektif. Mereka juga akan meng­analisis efektivitas kader sebagai komunikator berdasarkan data yang diberikan pads waktu riset formatif, sehingga memberi gam­baran berapa banyak ibu yang dapat berhubungan (kontak) dengan kader. Arahan itu akan menjadi dasar untuk menyusun rencana pelatihan bagi kader dan menentukan bahan penyuluhan spa yang cocok digunakan kader (rancangannya dibuat kelompok, kreatif). Biaya yang diperlukan untuk jangkauan, frekuensi, juga biaya kegiatan komponen komunikasi yang dilakukan kader dibuat perkiraannya. Perkiraan yang sama juga dibuat untuk jalur komunikasi formal dan informal lain, sehingga biaya yang diperlukan bisa dibandingkan, dan bisa diketahui paduan media mana yang efektif dan efisien.
Biro iklan juga menyarankan untuk memperkuat peran serta masyarakat dengan menggunakan bahan cetak yang menarik dan kegiatan hubungan masyarakat. Pengelola kegiatan dapat mempelajari penyajian tersebut, memperbaikinya bila diperlukan dan akhirnya mints kelompok kreatif membuat bahan untuk diuji coba.
7. Menguji Bahan dan Pesan
Semua bahan dipersiapkan untuk diuji coba. Spot radio sudah dibuat, bahan cetak sudah berwarna, atau berupa ran­cangan jadi, kadang-kadang sudah tercetak bila biaya memung­kinkan, bahan film diperlihatkan dalam bentuk story board, bends besar seperti papan iklan atau spanduk dibuat dalam bentuk kecil. Semua bahan sekarang diuji coba untuk memas­tikan bahwa pesannya jelas, tidak membingungkan, bisa dimengerti, dipercaya, sejalan dengan budaya, secara emosional merangsang dan bebas dari hal-hal yang negatif. Tiap bahan media diuji coba pada wakil kelompok sasaran yang dituju, bahan untuk memotivasi petugas dan kelompok masyarakat diuji coba pads kelompok yang mewakili, bahan-bahan penyuluhan yang digunakan sebagai alai bantu kader diuji coba pada kader. Hasil uji coba dipakai untuk menyempurnakan semua bahan.
8. Memperbaiki Bahan
Kelompok kreatif sekarang diberi penjelasan tentang hasil, uji coba. Semua bahan bisa diperbanyak. Betapapun, bila diper­lukan perubahan basar, uji coba ulang secara informal dibutuh­kan untuk memastikan bahan perbaikan yang telah dibuat dapat diterima kelompok sasaran.
Kegiatan uji coba bahan juga merupakan kesempatan yang sangat berguna untuk memantapkan koordinasi. Proses uji coba termasuk uji coba kegiatan dan bahan pads sektor-sektor yang terkait, unit-unit program di tingkat nasional dan provinsi dan semua lembaga donor. Hal ini untuk memastikan bahwa kegiatan di daerah panduan tidak bertentangan dengan kebijakan prog­ram.
9. Penyempurnaan Program
Program pada akhirnya bisa disempurnakan. Bila mungkin kesimpulan akhir perlu dibuat secara tertulis dan bisa dilengkapi dengan slides untuk penyajian dan koordinasi.
10. Memproduksi Bahan
Semua bahan sudah diperbanyak dalam bentuk akhir.
11. Pengurnpulan Data Dasar dan Evaluasi
Petigtimptilan data dasar dilaksanakan di daerah uji coba dan daerah kontrol. Masa proyek sudah ditentukan dan kegiatan evaluasi dijadwalkan.
12. Orientasi dan Pelatihan
Sebelum kegiatan dilaksanakan, kader dilatih dan semua sektor serta kelompok masyarakat yang terlibat juga dilatih atau diberi orientasi tentang peran mereka.
13. Melaksanakan Kegiatan
Sebaiknya kegiatan promosi dan hubungan masyarakat langsung dilaksana­kan pada saat pencanangan. Misalnya, dalam bentuk penyuluhan atau pencanangan oleh kepala daerah yang dihadiri para pelak­sana dan instansi serta media yang terlibat.
Bahan-bahan luar ruang seperti spanduk, poster atau papan iklan dipasang. Kelompok masyarakat dan kader memulai kegiatan komunikasi mereka dan media massa mulai penyiaran (sebaiknya paling tidak 10-20 spot per hari di setiap stasiun ra­dio pada bulan pertama).
14. Memantau dan Memperbaiki
Setelah dicanangkan, semua kegiatan komunikasi harus dipantau untuk memastikan bahwa pelaksanaannya seperti yang diharapkan. Apakah spanduk dan poster dipasang di tempat yang tepat? Apakah kader sudah dilatih? Apakah mereka sudah punya peraga yang harus dipakai? Apakah kelompok masyarakat tabu peran mereka? Apakah mereka aktiP Apakah bahan disiarkan? Untuk itu, semua dapat dilakukan peninjauan lapangan. Kele­mahan dalam pelaksanaan dapat segera diperbaiki. Pemantauan harus dilakukan setiap 6 bulan. Kegiatan pemantauan seha­rusnya lebih dalam untuk menjajagi efektivitas pesan yang di­sampaikan. Apakah kelompok sasaran menerima pesan? Apakah pesannya benar dan dimengerti? Apakah ada masalah atau kesulitan, atau hambatannya yang dialami dalam menerapkan isi pesan?
Titik utama uji coba pemasaran adalah memantau dan memperbaiki kegiatan komunikasi yang diperlukan dan ditemukan dalam proses pengalaman, apa saluran komunikasi dan pesan yang paling efektif untuk mencapai tujuan program.

halaman 3



Supaya terjadi pertukaran, ada 5 syarat yang harus dipenuhi:
1. Ada sekurang-kurangnya dua pihak.
2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bernilai bagi pihak lainnya.
3. Masing-masing pihak dapat berkomunikasi dan menyerahkan barang.
4. Masing-masing pihak dapat berkomunikasi dan menyerahkan barang.
5. Masing-masing pihak memang menginginkan dan bersedia berurusan dengan pihak lainnya.
Kalau kelima syarat tersebut terpenuhi, ada kemungkinan terjadi pertukaran. Syarat pertukaran adalah saling menguntungkan atau minimal tidak merugikan. Jadi, pertukaran sering disebut sebagai "proses menciptakan nilai" karena masing-masing pihak biasanya lebih beruntung daripada sebelum pertukaran.
Pertukaran merupakan proses yang mengarah ke suatu persetujuan. Jika persetujuan dapat dicapai kita sebut "terjadi transaksi", suatu transaksi merupakan pertukaran nilai antara dua pihak.
Pemasar yang baik mencoba membangun hubungan jangka panjang, saling percaya dan "sama-sama menguntungkan dengan para pelanggan, distributor, penyalur, dan pemasarnya. Hal ini dicapai dengan menjanjikan serta menyerahkan mutu dan pelayanan yang baik dengan harga yang wajar kepada mitranya secara berkesinambungan. Dia harus membangun suatu ikatan ekonomi, teknis, dan sosial yang kuat dengan mitranya sebagai jaringan pemasaran.
Konsep pertukaran menjadi konsep pasar. Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu. Jadi, besarnya pasar tergantung dari jumlah orang yang memiliki kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki orang lain dan mau menawarkan sumber daya itu untuk ditukarkan supaya dapat memenuhi atau keinginan mereka.
Pemasar adalah seorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli yang akan terlibat dalam pertukaran nilai. Sedangkan calon pembeli adalah seorang yang diidentifikasi oleh pemasar sebagai orang yang mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran nilai.
Kembali dipertegas, konsep dasar pemasaran adalah kegiatan tukar menukar yang saling memuaskan. Agar kegiatan tukar menukar yang demikian itu dapat terjadi, terlebih dulu perlu dipelajari:
a. Apa kebutuhan dan keinginan konsumen
b. Berapa konsumen mau membayar untuk itu
c. Bagaimana caranya agar produk tersebut dapat diperoleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat.
d. Bagaimana menginformasikan produk tersebut kepada konsumen.
Jadi, pemasaran merupakan statu rangkaian kegiatan mulai dari mempelajari khalayak consumen, mengembangkan produk yang akan ditawarkan, menetapkan harga yang harus dibavar konsumen, memilih tempat/jalur distribuĂ­s yang akan dipergunakan dan mempromosikan produk tersebut. Proses ini dimaksudkan untuk memuaskan consumen sehingga consumen merasakan manfaat yang diperoleh sesuai dengan nilai tukar yang harus dibayar. Dengan demikian, konsep pemasaran menunjukkan orientasi yang yang kuat terhadap konsumen. Dalam kehidupan sehari-hari hal ini dikenal dengan moto ”pembeli adalah raja".